Selasa, 26 Maret 2013

PERKEMBANGAN AFEKTIF

Pengertian Emosi 


     Emosi adalah pengalaman afektif yang di sertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak, antara lain berupa perubahan-perubahan pada fisik seperti: 
a.Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona 
b.Peredaran darah : bertambah cepat bila marah 
c.Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut 
d.Pernafasan : bernafas panjang bila kecewa 
e.Pupil mata : membesar bila marah 
f.Liur : mengering atau takut bila tegang 
g.Bulu roma : berdiri kalau takut 
h.Pencernaan : mencret-mencret bila tegang 
i.Otot : ketegangan dan ketakutan mnyebabkan otot menegang atau bergetar 
j.Komposisi darah : komposisi darah akan ikutberubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif. 


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi 

     Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada,reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari,dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi,antara lain adalah : 
 1.Belajar dengan coba-coba 
       Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya,dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan .Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya,tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali. 
 2.Belajar dengan cara meniru 
       Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain,anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.Contoh,anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru.Jika ia seorang anak yang populer dikalangan teman sebayanya,mereka juga akan ikut marah kepada Guru tersebut. 
3.Belajar dengan cara mempersamakan diri ( learning by identification ). 
       Anak menirukan emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang telah ditiru.Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. 
4.Pengkodisian 
      Dengan metode ini obyek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosioanal,kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi.Pengkodisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar,kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rsionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangn rasa suk dan tidak suka. 
 5.Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. 
    Kepada anak di ajarkan cara bereaksi yang dapat di terima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan. Jadi emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung atau tutup bagi yang disembunyikan seperti contoh seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang. 
    Dengan bertambahnya usia, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media masa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh pada perubahan-perubahan emosional ini. 

 •Hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku 

   
Keadaan emosi yang menyenangkan dan santai berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencera, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau mengganggu pencernaan ketakutan yang kronis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekhuatiran menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang menyebabkan sembelit. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Jadi penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektifitas belajar. Faktor-faktor afektif dalam pengalaman individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang di pelajari.Seorang anak di sekolah akan belajar lebih efektif bila ia termotivasi,karena ia merasa perlu belajar. Dengan demikian,rangsangan-rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan,akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar