Anda mungkin sering
mendengar istilah ‘ga mood’ atau ‘bad mood’. Mungkin juga Anda
sering mendengar istilah depresi. Namun, pahamkah Anda maksud dari
istilah-istilah tesebut? Mood sebenarnya adalah kondisi emosi
tertentu.
Sedangkan yang dimaksud
dengan emosi dalam bahasa Indonesia ialah ‘perasaan’, misalnya senang,
sedih, takut, cemas, dan haru. Kondisi emosi (mood) ini dapat
mengalami gangguan, namun hal tersebut tidak sama dengan yang dimaksud
oleh bahasa umum ‘bad mood’. Ungkapan ‘bad mood’ biasanya
kita gunakan untuk menggambarkan suasana perasaan yang sedang ‘tidak enak’
atau sedang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Sedangkan
yang dimaksud dengan ‘gangguan mood’ adalah gangguan pada
emosi, dimana emosi seseorang dapat berada dalam kondisi
kesedihan yang sangat ekstrim atau disebut juga kondisi depresif atau
bisa juga emosinya berada pada kondisi senang/bersemangat
yang ekstrim dan mudah terstimulus yang disebut dengan kondisi
mania. Gangguan Mood merupakan salah satu gangguan kesehatan mental.
Secara garis besarnya,
gangguan mood terbagi dua, yaitu Gangguan Depresi dan Gangguan Bipolar. Gangguan
depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
1. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai
dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk
menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat)
dari gejala di bawah ini:
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu
sedikit (sulit untuk tertidur,
sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis
atau sebaliknya makan
berlebihan sehingga berat badan meningkat
drastis.
4) Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat,
tidak tertarik melakukan
apapun, bahu menunduk, kepala lemas,
seolah tidak kuat berjalan
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat
keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau
tentang bunuh diri.
Gejala-gejala ini muncul
hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan
bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami meninggal.
MDD inilah yang sering disebut masyarakat umum dengan istilah
depresi.
2.
Dysthymic
disorder (gangguan
distimik/distimia) merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang
didiagnosis mengalami gangguan distimik mengalami kondisi depresif lebih
dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun, separuh dari waktu tersebut individu ini mengalami kondisi depresif,
minimal mengalami 2 (dua) dari gejala di bawah ini:
1) Kehilangan nafsu
makan/sebaliknya
2) Tidur terlalu
banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak
berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi
dan mengambil keputusan
5) Merasa kehilangan
harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak
ada episode MDD selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih
ringan daripada MDD namun dengan waktu yang lebih lama.
Gangguan Mood yang kedua ialah gangguan bipolar. Disebut
bipolar karena ada episode manik dan depresif, keduanya merupakan dua
kutub yang berbeda.
Episode ialah jangka waktu antara kemunculan
gejala. Manik/mania merupakan kondisi iritabilitas yang tinggi. Individu
dengan kondisi manik menunjukkan gejala mudah terstimulasi, sangat
bersemangat/energetik, sangat ‘bahagia’ (tertawa, bercanda), kepercayaan diri
berlebihan, impulsif (tidak memikirkan konsekuensi tindakannya), berbicara
tidak terkendali, cepat, dan berpindah-pindah ide, serta dapat tidak tidur
selama dua hari berturut-turut selama ia mengalami kondisi manik
ini.
Gangguan bipolar ini ada 3 (tiga) jenis, yaitu Bipolar I,
Bipolar II, dan Cyclothymic Disorder (gangguan
siklotimik/siklotimia). Gangguan Bipolar I ditandai dengan adanya episode
tunggal manik atau episode campuran (manik dan depresif) tunggal, selama hidup
pasien. Artinya pasien tetap akan didiagnosa Bipolar I meski ia hanya mengalami
1 (satu) kali episode manic seumur hidupnya. Jadi, pasien dengan diagnosa ini
bisa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku manik seperti yang telah
dijelaskan tadi. Tingkat berulangnya tinggi, lebih dari 50% individu dengan
diagnosa Bipolar I mengalami 4 (empat) atau lebih episode.
Sedangkan pada diagnosa Bipolar II, minimal terdapat 1
(satu) episode MDD dan 1 (satu) episode hipomania (mania yang lebih
ringan).
Gangguan siklotimia merupakan gangguan bipolar yang kronis.
Pada individu yang mengalami siklotimia terdapat gejala-gejala depresi yang
ringan namun terus menerus dan silih berganti dengan gejala manik yang ringan
juga.
Apa penyebab
dari munculnya gangguan mood?
Biasanya gangguan ini
muncul akibat adanya kejadian berat yang dialami oleh individu.Dari tinjauan
biologis, individu yang mengalami gangguan mood memiliki kecenderungan
untuk mengalami gangguan ini karena diturunkan dari orangtuanya atau
memiliki sejarah gangguan mood dalam keluarganya. Secara neurologis, gangguan
mood terjadi karena adanya gangguan sensitivitas reseptor
neurotransmitter. Pada pasien yang mengalami kondisi depresi, karena
reseptor neurotransmitternya kurang sensitif terhadap dopamin. Pada pasien yang
mengalami kondisi manik, karena reseptor neurotransmitternya terlalu
sensitif terhadap dopamin. Dopamin adalah hormon yang menyebabkan kita merasa
bahagia dan bersemangat.
Siapa saja dapat mengalami
gangguan mood?
Pria dan wanita, tua dan
muda. Prevalensi (kecenderungan) wanita yang mengalami MDD dua kali lebih besar
dari pria. Hal ini dikarenakan hormon wanita yang sering mengalami
ketidakstabilan saat menstruasi, hamil, dan melahirkan. Juga secara sosial,
wanita menjalankan banyak peran dalam hidupnya, sebagai istri, ibu, anak, karyawan,
dan lainnya. Tuntutan dari peran yang berbagai macam tersebut menambah
jumlah stimulus stres pada wanita.
Masyarakat miskin tiga kali lebih banyak
mengalami MDD dibanding yang kondisi
ekonomi lebih baik. Hal ini
dikarenakan tekanan ekonomi dapat menjadi salah satu stimulus stres bagi
manusia. Usia kemunculan pertama (onset) MDD ialah pada masa remaja akhir
hingga dewasa awal (usia 18-29 tahun). Dalam 100 tahun terakhir onset ini
meningkat. Dahulu onset MDD di akhir usia 20-an hingga awal 30-an. Hal ini diperkirakan
disebabkan oleh perkembangan teknologi, ekonomi, dan gaya hidup yang
menimbulkan lebih banyak stimulus stres.
Gangguan bipolar lebih jarang terjadi
dibanding gangguan depresi. Onset gangguan bipolar pada usia awal 20-an. Jumlah
kejadian gangguan bipolar seimbang antara pria dan wanita, namun wanita
mengalami lebih banyak episode depresi disbanding pria. Hal ini dipengaruhi
oleh budaya (pria lebih bebas mengekspresikan emosi dibanding wanita), dukungan
sosial, dan hubungan dalam keluarga.
Gangguan mood dapat muncul
bersamaan dengan gangguan cemas, gangguan yang berhubungan dengan penggunaan
obat-obatan, disfungsi seksual, dan gangguan kepribadian. Gangguan ini
memiliki resiko yang serius bagi penderitanya.Resiko terburuk dari gangguan
mood ialah individu yang mengalami gangguan mooddapat melakukan tindakan bunuh
diri. Resiko lainnya, pada individu yang mengalami gangguan bipolar dapat
melakukan aktivitas seksual yang berbahaya, penggunaan uang yang tidak
terkendali, menyetir dengan ceroboh sehingga dapat membahayakan jiwa, serta
dapat memancing tindakan agresi/kekerasan karena sikap yang tak terkendali
dapat menganggu orang lain. Gangguan mood dapat merusak kehidupan pribadi
dan sosial serta menurunkan produktivitas individu yang mengalaminya. MDD
merupakan salah satu penyebab utama di dunia yang dapat
mengakibatkan ketidakmampuan atau menurunnya produktivitas. Individu
dengan Bipolar I pada umumnya tidak dapat mempertahankan
pekerjaannya.
Gangguan mood berkorelasi
dengan penyakit beresiko tinggi, khususnya penyakit jantung untuk MDD.
Untuk bipolar, selain penyakit jantung juga berkorelasi dengan diabetes
mellitus, obesitas, dan penyakit tiroid. Pasien dengan diagnosa Bipolar I
dua kali lebih banyak yang meninggal karena penyakit medis dibandingkan pasien tanpa
gangguan mood. Pasien distimia membutuhkan perawatan rumah sakit lebih banyak
dibanding MDD, resiko bunuh diri lebih besar,dan gangguan keberfungsian lebih
besar.
Bila Anda atau anggota
keluarga Anda mengalami gangguan mood, apa
yang harus Anda
lakukan?
Gangguan mood dapat diatasi
dengan psikoterapi dan perawatan medis. Psikoterapi ialah terapi
psikologis yang diberikan oleh tenaga profesional psikolog.
Psikoterapi yang dapat diberikan antara lain psikoterapi interpersonal,
terapi kognitif, dan terapi tingkah laku. Psikoterapi yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.Psikoterapi bukanlah proses yang
instan. Untuk perawatan pasien dengan gangguan mood, psikoterapi dilakukan
minimal 16 kali pertemuan, satu kali seminggu. Perawatan medis dilakukan
dengan pemberian obat antidepresan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa
(psikiater). Minimal pengobatan 6 bulan dan lebih lama bagi pasien yang
telah mengalami beberapa episode gangguan. Penanganan yang cepat dan
tepat dapat mencegah timbulnya permasalahan yang lebih buruk. Segera
periksakan keluarga Anda ke tenaga profesional psikolog atau psikiater
apabila
terdapat gejala-gejala gangguan mood sebagaimana yang diterangkan dalam
tulisan ini.
Bahan bacaan:
Kring, Johnson, Davison,
& Neale. (2009). Abnormal psychology. Eleventh edition.
Berkeley: John Wiley
& Sons
Sumber: Indah Damayanti
(psikolog)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar