Tingkat kedewasaan seseorang
tidak selalu berbanding lurus dengan usianya. Mereka yang lebih tua belum tentu
lebih dewasa. Lalu, bagaimana mengukur tingkat kedewasaan seseorang ?
Ada beberapa aspek yang bisa
dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kedewasaan seseorang :
1.
Intelektual
Dari segi
ini kita dikatakan dewasa dilihat dari kemampuan kita membentuk pendirian.
Artinya, kita punya pendirian atau prinsip yang jelas sehingga tidak mudah
terombang-ambing oleh situasi yang menuntut kita untuk bersikap . Tapi, tetap
memperhatikan pendapat orang lain walaupun tidak bersandar pada pendapat itu.
Kemampuan mengambil keputusan sendiri dengan tegas dan bebas berdasarkan bukti,
alasan nyata dan nasihat baik dari orang lain, serta tertanggung jawab dengan
segala keputusan kita. Tidak bingung kalau ada masalah, tapi dianalisis
sebab-sebabnya sehingga bisa dicari kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya.
2.
Emosional
Kita
dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional ditandai dengan kemampuan menerima
emosi dan menguasainya secara wajar. Artinya, apapun emosi yang sedang kita
alami, kita tetap bisa menguasai dan mengelolanya dengan baik. Tidak
dipengaruhi rasa takut dan gelisah. Kita bisa mengintrol emosi sehingga tidak
merugikan orang lain. Dari sini dapat dilihat bahwa orang dewasa juga punya
kecerdasan emosi yang cukup tinggi.
3.
Sosial
Kedewasaan
kita dari segi sosial tampak dari keterbukaan terhadap orang lain. Sanggup
membuat persahabatan. Tidak bergantung kepada siapa pun, tetapi bukan berarti
kita tidak butuh orang lain. Kita bisa menyesuaikan diri dan hormat dengan
hokum, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat dimanapun kita berada.
4.
Moral
Dari segi
moral dapat dilihat dari kesetiaan kita pada asas-asas moral dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya semakin dewasa diri kita, akan semakin
mementingkan orang lain daripada diri sendiri.
5.
Spiritual
Kedewasaan
dari segi ini bisa dilihat dari cara berkeyakinan yang tidak sempit. Kita mampu
bergaul dan membina hubungan baik dengan orang-orang yang keyakinannya berbeda
dari diri kita. Kalau sudah mencapai hal itu, kita mampu mencintai orang lain
tanpa batas-batas agama, ras, suku atau golongan.
Lalu,
apakah seseorang yang disebut dewasa kemudian meninggalkan segala bentuk
keceriaan, dan kegairahan hidup ? Tentu saja tidak. Orang dewasa tidak harus
selalu bersikap serius. Adakalanya orang dewasa juga bersikap jahil dan senang
bercanda untuk memecah kebekuan atau menurunkan ketegangan.
Penghambat kedewasaan
Kedewasaan tidak
selalu berhubungan dengan umur. Kadang ada orang yang umurnya boleh dibilang
tua, tapi sikapnya masih kekanak-kanakan, suka menang sendiri, emosian dan
enggak mau kalah. Tapi, ada yang sebaliknya walaupun usianya masih muda, dia
mampu menjadi panutan teman-temannya.
Kedewasaan adalah
proses perkembangan kepribadian. Karena proses, jadi nggak bisa instant. Tidak
bisa hanya dengan berdandan ala orang dewasa terus jadi orang dewasa.
Kedewasaan itu lebih ke sikap kita dalam menghadapi apa pun. Memang sih,
mestinya yang umurnya lebih banyak dia akan lebih dewasa karena sudah mengalami
banyak haldalam hidup dan lebih banyak belajar dari pengalaman. Tapi nyatanya
tidak selalu begitu, ini karena pendewasaan dalam prosesnya bisa mengalami
kemajuan, mandek bahkan mundur. Orang yang selalu belajar dari pengalaman dan
suka intropeksi diri biasanya proses kedewasaannya makinmaju. Artinya, makin
hari ia makin tumbuh menjadi manusia yang lebih bijaksana. Sebaliknya, orang
yang cepat merasa puas sehingga merasa tidak perlu belajar lagi, manja, tidak
mau dikritik dan selalu lari dari masalah akan mengalami hambatan dalam proses
pendewasaannya.
Latihan
Ciri paling mencolok dari orang
yang tidak dewasa adalah egoisme yang tinggi. Artinya, selalu mementingkan diri
sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain. Latihan pertama untuk menjadi
dewasa adalah berlatih untuk mengurangi sifat egois kita.
Latihan selanjutnya adalah
belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya. Pada dasarnya orang menjadi
egois karena ia tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri apa adanya. Jadi,
contoh eksplor diri sendiri kekurangan dan kelebihannya. Terimalah apa pun yang
ada pada diri sendiri. Hanya dengan menerima diri sendiri apa adanya, kita akan
mampu bersikap terbuka pada orang lain.
Mencintai semua yang ada dalam
diri kita sendiri merupakan dasar untuk bisa mencintai semua manusia. Kalau
kita mampu mencintai semua manusia apa adanya, itu berarti kita telah sampai di
“puncak kedewasaan”.
Kuncinya
adalah belajar…. Berlatih…. Belajar…. Berlatih teruuuuuuuuuuuuus !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar